Selasa, 12 April 2016

SOAL LATIHAN PAMERAN SENI RUPA KELAS X

       A.    Pilihlah salah satu jawaban berikut yang paling benar !
1.        Manakah pengertian-pengertian berikut ini yang merupakan pengertian pameran seni rupa?
A.  Proses komunikasi antara pengrajin dengan konsumen atau pembelinya melalui galeri seni
B.  Kegiatanpenyajian karya seni rupa untuk dikomunikasikan sehingga dapat diapresiasi oleh masyarakat
C.  Proses komunikasi antara pencipta lagu dengan apresiatornya yaitu para penonton
D.  Pertunjukkan tari yang disampaikan kepada penontonnya
E.   Proses komunikasi antara sutradara sebagai kreator seni dengan masyarakat melalui manajemen pertunjukkan
2.        Pameran seni rupa yang hasil penjualan karya seninya dinikmati oleh perupa dan manajemennya merupakan pameran seni rupa yang bertujuan......
A.  Sosial dan kemanusiaan
B.  Politis
C.  Komersil
D.  Pendidikan
E.   Pertukaran kebudayaan
3.        Pameran seni rupa yang diharapakan mendapat apresiasi dari pengunjung sehingga senimannya mampu meningkatkan kualitas berkaryanya merupakan pameran seni rupa yang bertujuan......
A.       Sosial dan kemanusiaan
B.       Politis
C.       Komersil
D.       Pendidikan
E.        Pertukaran kebudayaan
4.        Berdasarkan ragam karyanya maka pameran yang menyajikan berbagai jenis karya seni rupa baik dua dimensi maupun tiga dimensi disebut dengan pameran ......
A.       Tetap
B.       Heterogen
C.       Temporer
D.       Homogen
E.        Kelompok
5.        Pameran yang hanya menampilkan karya seorang perupa saja disebut dengan pameran....
A.    Campuran
B.     Homogen
C.     Heterogen
D.    Keliling
E.     Temporer
6.        Apabila karya seni yang dipamerkan tidak tergantung jumlah seniman yang berpameran akan tetapi berdasarkan salah satu cabang seni rupa disebut pameran......
A.    Tunggal
B.     Homogen
C.     Heterogen
D.    Tetap
E.     Kelompok
7.        Pameran yang waktu dan tempat penyelenggaraannya serta koleksi karya yang dipamerkan tidak berubah disebut dengan pameran ......
A.       Tetap
B.       Heterogen
C.       Insidental
D.       Homogen
E.        Kelompok
8.        Perbedaan yang utama antara pameran tunggal dengan pameran kelompok dapat dilihat dari....
A.       Ragam dan jenis karyanya
B.       Waktunya
C.       Tempatnya
D.       Bentuk karyanya
E.        Jumlah seniman yang berpameran
9.        Fungsi utama pameran seni rupa bagi perupa atau senimannya adalah....
A.       Untuk membanggakan hasil karyanya kepada masyarakat
B.       Untuk menambah wawasan dan pengetahuannya mengenai seni teater
C.       Untuk mengkomunikasikan ide atau gagasan karyanya kepada masyarakat
D.       Untuk menambah jumlah penggemar karya-karyanya
E.        Untuk menambah koleksi karya-karya seni rupa
10.    Berikut adalah fungsi-fungsi pameran seni rupa di sekolah, kecuali....
A.       Meningkatkan apresiasi karya seni rupa
B.       Penyegaran dari kejenuhan belajar di kelas
C.       Mengembangkan bakat keaktoran bagi siswa di sekolah
D.       Belajar berorganisasi
E.        Membangkitkan motivasi berkarya seni rupa
11.    Manakah kegiatan-kegiatan berikut ini yang termasuk dalam tahap perencanaan pameran seni rupa ?
A.       Menentukan tema dan tujuan pameran
B.       Menyiapkan dan memilih karya
C.       Menyiapkan ruang pameran
D.       Menyiapkan buku pesan dan kesan
E.        Laporan kegiatan pameran
12.    Menyusun kepanitiaan merupakan salah satu proses kegiatan pameran dalam tahap......
A.       Perencanaan pameran
B.       Persiapan pameran
C.       Pelaksanaan pameran
D.       Evaluasi kegiatan pameran
E.        Laporan kegiatan pameran
13.    Salah satu persiapan pameran adalah menyiapkan panil. Fungsi panil dalam ruang pamer adalah......
A.       Meletakkan karya tiga dimensi seperti patung, keramik atau karya instalasi
B.       Tempat informasi mengenai segala hal yang berkaitan dengan pameran
C.       Menuliskan pesan dan kesan bagi pengunjung selama mengunjungi pameran
D.       Menempelkan karya dua dimensi seperti lukisan, gambar, sketsa
E.        Menuliskan identitas seniman beserta karya yang dipamerkan
14.    Tenaga ahli yang melakukan penyeleksian karya seni rupa sehingga layak ditampilkan dalam pameran disebut......
A.    Kurator
B.     Apresiator
C.     Kritikus
D.    Selektor
E.     Kolektor
15.    Label yang berisi judul lukisan, ukuran, nama seniman, tahun pembuatan, teknik dan media karya seni rupa disebut dengan......
A.       Panil
B.       Folder
C.       Katalog
D.       Buku pesan dan kesan
E.        Buku tamu 

       B.     Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan baik dan benar !

       1.      Apakah perbedaan antara Pameran Tunggal dengan Pameran Kelompok atau bersama?
       2.      Apakah perbedaan antara Pameran Heterogen dengan Pameran Homogen?
       3.      Tuliskan 5 perlengkapan yang harus dipersiapkan dalam pameran karya seni rupa !
       4.      Buatlah bagan sederhana mengenai tahapan pameran karya seni rupa !
 5.      Tuliskan 2 contoh tempat pameran tetap karya seni rupa di daerah Jakarta !  

  
                       SELAMAT MENGERJAKAN SEMOGA BERHASIL !

Minggu, 10 April 2016

SEJARAH BERDIRINYA GALERI NASIONAL


Galeri Nasional Jakarta (Dok.Koleksi Pribadi)
Berdirinya Galeri Nasional Indonesia ( GNI ) merupakan salah satu wujud upaya pembangunan Wisma Seni Nasional / Pusat Pembangunan Kebudayaan Nasional yang telah dirintis sejak tahun 60-an.

Sambil menunggu realisasi Wisma Seni Nasional, Prof. Dr. Fuad Hasan ( waktu menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ) memprakarsai renovasi gedung utama tersebut menjadi Gedung Pameran Seni Rupa Depdikbud, sebagai sarana aktivitas dan apresiasi seni rupa yang diresmikan pada tahun  1987.

Melalui prakarsa Ibu Prof. Edi Sedyawati ( waktu itu sebagai Direktur Jendral Kebudayaan ) diperjuangkan secara intensif pendirian Galeri Nasional Indonesia tahun 1995.  Akhirnya pada tahun 1998 telah di setujui melalui surat persetujuan Menko Pegawasan Pembangunan dan Pendayagunaan Aparatur  Negara No. 34 / MK.WASPAN / 1998.  Selanjutnya ditetapkan melalui Kepmendikbud No.099a/0/1988 dan diresmikan operasionalnya pada tanggal 8 Mei 1999 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Bpk. Yuwono Sudharsono.

Struktur awal organisasi GNI ( Kepmendikbud No. No.099a/0/1988 ) mengalami beberapa kali perubahan , terakhir ketika GNI berada dibawah Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, maka SK GNI dirubah menjadi Kepmendikbud Nomor PM.41/OOT.001/MKP-2006.

Organisasi tata kerja Galeri Nasional Indonesiasaat ini berdasarkan Permendibud Nomor 72 Tahun 2012 merupakan unit pelaksanan teknis dilingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Kebudayaan.

Koleksi Galeri Nasional Indonesia

Salah satu koleksi Galnas (Dok.pribadi)
Galeri Nasional indonesia menyimpan,menghimpun dan memamerkan karya seni rupa seperti lukisan,sketsa ,grafis,patung,keramik,fotografi,seni  kriya dan seni instalasi.saat ini Galeri Nasional indonesia memiliki sekitar 1785 koleksi karya seniman Indonesia dan manca negara,antara lain;Raden Saleh,Hendra  Gunawan,Affandi,S.  Sudjojono,Basoeki  Abdullah,Barli Sasmitawi Nata,Trubus ,Popo Iskandar,Ahmad Sadali,Nashar,Soedarsono,Sunaryo,Amrus Natalsya,Hardi,Heri Dono,Dede Eri Supria,Ivan Sagita,FX. Harsono,Lucia Hartini,Irlantine Karnaya,Hendrawan Kanaryo,Nyoman Gunarsa, Made Wiyanta,Ida Bagus Made, I Ketut Soki, Wassily Kand  insky (Rusia), Hans Hartung (Jerman), Victor Vassarely (Hongaria), Sonia Delauney (Ukraina), Pierre Saulages (Parncis), Zao Wou Ki (China). Selain itu terdapat karya seniman dari sudan , India, Peru, Cuba, Vietnam,Myanmar dan lain-lain.

Aktifitas Galeri Nasional Indonesia

Ruang lingkup kegiatan Galeri Nasional yaitu,melaksanakan pameran (permanen, temporer, keliling), melaksanakan preservasi  (konservasi, restorasi), akuisisi dan dokumentasi , seminar, diskusi, workshop, performance art, pemutaran film / video ( screening) , festival, lomba, dan lain-lain yang berkenan dengan peningkatan pemahaman, keterampilan dan apresiasi seni rupa.  Galeri Nasional Indonesia juga memberikan pelayanan riset koleksi dan pemanduan ( guilding ) untuk pelajar, mahasiswa dan masyarakat umum.

Sejarah Gedung

Gedung yang terletak di Konengsplein Cost no. 4 ini, yang sekarang disebut dengan jalanMedan Merdeka Timur No.14 Jakarta Pusat.  Pada tahun 1817, G.C van Rijk membangun sebuah Indische Woonhuis di atas kavling ini dengan material yang diambil bekas Kasteel Batavia.  Pada tahun 1900 gedung ini merupakan bagian dari Gedung Pendidikan yang didirikan oleh Yayasan Kristen Carpentier  Alting Stitching ( CAS ) yang bernaung di bawah Ordo Van Vrijmetselaren atas prakarsa pendeta Ds. Albertus Samuel Carpentier Alting ( 1837-1935).  Gedung yang berarsitektur kolonial Belanda ini dipergunakan untuk Asrama Khusus bagi wanita, sebagai usaha pendidikan yang pertama di Hindia Belanda.

Pada tahun 1955, pemerintahan Republik Indonesia melarang kegiatan pemerintah dan masyarakat Belanda.  Bangunan dan pengelolaan usaha pendidikan tersebut kemudian dialihkan kepada Yayasan Raden Saleh yang masih penerus CAS dan tetap dibawah gerakan Vijmetselaren Lorge.  Berdasarkan keputusan yang dikeluarkan penguasaan tertinggi No.5 tahun 1962 yang ditanda tangani oleh Presiden Soekarno, gerakan Vijmetselaren Lorge dilarang dan Yayasan Raden Saleh dibubarkan.  Sekolah-sekolah beserta segala peralatannya diambil alih oleh pemerintahan Republik Indonesia dan diserahkan kepada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.








Sumber : http://galeri-nasional.or.id/halaman/715-history

Kamis, 07 April 2016

KRITIK SENI RUPA (KRITIKUS SENI)

S.Soedjojono, kritikus seni rupa Indonesia (www.googleimage.com)
Kritikus seni adalah orang yang melakukan kritik terhadap karya seni orang lain atau dirinya sendiri (self-critic). Idealnya seorang kritikus harus memiliki ketajaman dan sensibilitas indera, pikiran dan perasaan. Ketajaman dan sensibilitas tersebut terintegrasi dalam satu kapasitas reasoning dan creative, jika dilandasi :

1.   keilmuan dan pengetahuan yang relevan;

2.   pengalaman yang memadai dalam dunia pergaulan materi kritik ;

3.   menguasai media kritik (kebahasaan yang efektif dan komunikatif);

4.   menguasai aplikasi metoda kritik yang optimal.

Landasan keilmuan (dan pengetahuan) yang relevan akan membantu pekritik dalam mengupas persoalan kekaryaan seni rupa. Misalnya sejarah seni rupa (history of art) baik perkembangan senirupa Barat (Western Art) maupun seni rupa Timur (Eastern Art). Ilmu sejarah akan memberikan jalan wawasan tentang waktu (time) dan ruang (space) kekaryaan seni rupa. Dengan mempelajari perkembangan seni rupa di setiap pelosok dunia, maka luas bahan (scope) sebagai dasar pemikiran dan acuan arah komparasi menjadi lebih terbuka. Selain sejarah seni rupa, wawasan teori seni juga penting dimiliki oleh kritikus. Teori seni meliputi ilmu seni, filsafat seni, unsur seni, antropologi seni, sosiologi seni, tinjauan seni modern dan kontemporer, dan lain-lain. Keilmuan akan memberi pijakan dan memperkokoh konstruksi kritik yang obyektif. Sehingga mata pisau kritik semakin akurat, dan memberi pula wawasan kepada publik seni dengan keyakinan yang kuat.

Seorang pengkritik seni rupa tidak selalu harus seorang perupa, namun ilmu kesenirupaan harus dimilikinya. Pengalaman dan pergaulan dalam mengamati, menyelidiki, dan membandingkan kekaryaan seni rupa sebagai prasyarat yang tidak bisa dilepaskan dari seorang pekritik seni rupa. Pengamatan terhadap perkembangan seni rupa masa lalu (dari prasejarah ) hingga fenomena seni rupa masa kini akan memberi warna yang serasi bagi karya kritik seni rupa. Begitupun upaya menyelidiki dan membandingkan kekaryaan seni rupa antar berbagai keberadaan seni rupa sangat membantu memperluas dan memperkaya cakrawala kritik.

Sering dijumpai seorang kritikus seni lukis, misalnya, yang mengupas karya seni lukis, tetapi kupasannya memberikan gambaran yang keliru. Hal ini umumnya disebabkan oleh faktor pengalaman, pengetahuan dan wawasan yang kurang memadai. Tidak mungkin seseorang mengkritik lukisan, jika ia tidak mengetahui medium lukis, proses melukis, dan sebagainya. Menggeluti dunia sasaran kritik merupakan tugas seorang pekritik. Tidak hanya memahami kekaryaannya, pekritik juga sebaiknya memahami pikiran, perasaan seniman penciptanya. Biografi dan kehidupan seniman tidak lepas dari pengamatan pekritik.

Media kritik yang utama adalah bahasa. Bahasa pekritik harus efektif dan komunikatif, baik lisan maupun tulisan. Bahasa yang efektif adalah bahasa yang mengacu pada aspek tata bahasa yang baik dan benar, serta tepat guna, sesuai sasaran publik yang kita tuju. Bahasa yang komunikatif adalah bahasa yang mudah dicerna oleh sasaran baca/dengar (audiens), sesuai tingkat intelektualnya.

Gaya bahasa kritikus diselaraskan dengan tipe kritiknya. Gaya bahasa jurnalistik akan berbeda dengan tipe akademik. gaya jurnalistik memiliki sasaran pembaca yang relatif meluas, beraneka latar belekang ilmu dan tingkat intelektualnya. Sedangkan tipe akademik memerlukan gaya yang lebih ilmiah, sebab sasaran pembaca/pendengarnya adalah sekelompok orang akademisi.
          Metoda kritik adalah serangkaian prosedur (tata cara, etika) yang disesuaikan dengan tipe kritiknya. Misalnya, metoda kritik jurnalistik menggunakan tata cara jurnalis. Begitupun metoda kritik akademik menggunakan tata cara akademis yang dikembangkannya.


 Rangkuman

Nah, setelah anda mempelajari mengenai aspek-aspek kritik seni rupa selanjutnya kita buat ringkasan secara seingkat mengenai kritik seni rupa. Kritik seni merupakan kegiatan menanggapi karya seni untuk mempertumbuhkan kelebihan dan kekurangan suatu karya seni. Kegiatan kritik berawal dari kebutuhan untuk memahami kemudian beranjak kepada kebutuhan memperoleh kesenangan dari kegiatan berbincang-bincang tentang karya seni. Menurut Feldman (1967) terdapat 4 (empat) jenis kritik seni, yaitu kritik jurnalistik (journalistic criticism), kritik populer (popular criticism), kritik pedagogik (pedagogical criticism), dan kritik akademik (scholarly criticism).

Pemahaman terhadap keempat tipe kritik seni dapat mengantar nalar kita untuk menentukan pola pikir dalam melakukan kritik seni. Setiap tipe mempunyai ciri (kriteria), media (alat : bahasa), cara (metoda), pola berpikir, sasaran, dan materi yang tidak sama.

Berdasarkan titik tolak atau landasan yang digunakan, dikenal beberapa bentuk kritik sebagai berikut : (1). Kritik Formalistik, kajian kritik terhadap karya seni sebagai konfigurasi aspek-aspek formalnya atau berkaitan dengan unsur-unsur pembentukannya. (2). Kritik Espresivistik, menilai dan menanggapi gagasan dan perasaan yang ingin dikomunikasikan oleh seniman dalam sebuah karya seni. (3). Kritik Instrumentalistik, sebuah karya seni dilihat kemampuananya dalam upaya mencapai tujuan, moral, religius, politik atau psikologi. 
Kegiatan dalam Kritik Karya Seni Rupa secara umum mengikuti tahapan sebagai berikut: (1). Deskripsi, (2). Analisis formal, (3). Interpretasi, dan (4). Evaluasi atau penilaian,

Fungsi kritik seni yang pertama dan utama ialah menjembatani persepsi dan apresiasi artistik dan estetik karya seni rupa, antara pencipta (seniman, artis), karya, dan penikmat seni. Arus komunikasi antara karya yang disajikan kepada penikmat (publik) seni membuahkan interaksi timbal-balik dan interpenetrasi keduanya. Fungsi lain ialah menjadi jalan strategis bagi seniman dan penikmat untuk berkomunikasi.

Kritikus atau kritisi ialah orang yang melakukan kritik terhadap karya seni dan budaya orang lain atau dirinya sendiri (self-critic).Ketajaman dan sensibilitas kritikus terintegrasi dalam satu kapasitas reasoning dan kreatif, jika dilandasi : (1). keilmuan dan pengetahuan yang relevan; (2). pengalaman yang memadai dalam dunia pergaulan materi kritik; (3) menguasai media kritik (kebahasaan yang efektif dan komunikatif); (4) menguasai aplikasi metoda kritik yang optimal.

Sumber : Buku Seni Budaya Kelas X Kurikulum 2013. Kemdik

KRITIK SENI RUPA (TAHAPAN DAN FUNGSI)

Pengamatan karya seni rupa oleh siswi SMK Paramitha (Dok.pribadi)
Berdasarkan beberapa uraian tentang pendekatan dalam kritik seni, dapat dirumuskan tahapan-tahapan kritik secara umum sebagai berikut:


1. Deskripsi
 Deskripsi adalah tahapan dalam kritik untuk menemukan, mencatat dan mendeskripsikan segala sesuatu yang dilihat apa adanya dan tidak berusaha melakukan analisis atau mengambil kesimpulan. Agar dapat mendeskripsikan dengan baik, seorang pekritik harus mengetahui istilah-istilah tehnis yang umum digunakan dalam dunia seni rupa. Tanpa pengetahuan tersebut, maka pekritik akan kesulitan untuk mendeskripsikan fenomena karya yang dilihatnya.


2. Analisis formal
 Analisis formal adalah tahapan dalam kritik karya seni untuk menelusuri sebuah karya seni berdasarkan struktur formal atau unsur-unsur pembentuknya. Pada tahap ini seorang kritikus harus memahami unsur-unsur seni rupa dan prinsip-prinsip penataan atau penempatannya dalam sebuah karya seni.


3. Interpretasi
 Interpretasi yaitu tahapan penafsiran makna sebuah karya seni meliputi tema yang digarap, simbol yang dihadirkan dan masalah-masalah yang dikedepankan. Penafsiran ini sangat terbuka sifatnya, dipengaruhi sudut pandang dan wawasan pekritiknya. Semakin luas wawasan seorang pekritik biasanya semakin kaya interpretasi karya yang dikritisinya.


4. Evaluasi atau penilaian
 Apabila tahap 1 sampai 3 ini merupakan tahapan yang juga umum digunakan dalam apresiasi karya seni, maka tahap ke 4 atau tahap evaluasi merupakan tahapan yang menjadi ciri dari kritik karya seni. Evaluasi atau penilaian adalah tahapan dalam kritik untuk menentukan kualitas suatu karya seni bila dibandingkan dengan karya lain yang sejenis. Perbandingan dilakukan terhadap berbagai aspek yang terkait dengan karya tersebut baik aspek formal maupun aspek konteks. Mengevalusi atau menilai secara kritis dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a.       Mengkaitkan sebanyak-banyaknya karya yang dinilai dengan karya yang sejenis

b.      Menetapkan tujuan atau fungsi karya yang ditelaah

c.  Menetapkan sejauh mana karya yang ditetapkan “menyimpang” dari yang telah ada  sebelumnya.
d.   Menelaah karya yang dimaksud dari segi kebutuhan khusus dan segi pandang tertentu yang melatarbelakanginya.

 Pada dasarnya kritik sudah sejak lama dilakukan oleh kita sebagai manusia. Dalam keseharian, kita secara sengaja atau tidak sengaja sering melontarkan kata, kalimat atau bahasa yang bersifat memberikan tanggapan, komentar, penilaian terhadap suatu karya apapun. Mengapa demikian? Hal ini sangat wajar, sebab manusia memiliki 4 (empat) kemampuan sebagai kapasitas mental, yaitu :

a.       Kemampuan absortif - kemampuan mengamati

b.      Kemampuan retentif - kemampuan mengingat dan mereproduksi

c.       Kemampuan reasoning - kemampuan menganalisis dan memper-timbangkan

d.     Kemampuan creative - kemampuan berimajinasi, menafsirkan, dan menge-mukakan gagasan.

 Dengan kemampuan reasoning dan creative, kita selalu tergugah untuk melakukan kritik walaupun bukan atas dasar permintaan atau kesengajaan. Kebiasaan melontarkan kritik kepada karya orang lain merupakan dorongan kritis yang didasari oleh unsur karsa, cipta dan rasa dalam diri seseorang sebagai manusia.


D. Fungsi Kritik

Kritik seni memiliki fungsi yang sangat strategis dalam dunia kesenirupaan dan pendidikan seni rupa. Fungsi kritik seni yang pertama dan utama ialah menjembatani persepsi dan apresiasi artistik dan estetik karya seni rupa, antara pencipta (seniman, artis), karya, dan penikmat seni. Komunikasi antara karya yang disajikan kepada penikmat (publik) seni membuahkan interaksi timbal-balik dan interpenetrasi keduanya. Fungsi lain ialah menjadi dua mata panah yang saling dibutuhkan, baik oleh seniman maupun penikmat. Seniman membutuhkan mata panah tajam untuk mendeteksi kelemahan, mengupas kedalaman, serta membangun kekurangan. Seniman memerlukan umpan-balik guna merefleksi komunikasi-ekspresifnya, sehingga nilai dan apresiasi tergambar dalam realita harapan idealismenya. 
Publik seni (masyarakat penikmat) dalam proses apresiasinya terhadap karya seni membutuhkan tali penghubung guna memberikan bantuan pemahaman terhadap realita artistik dan estetik dalam karya seni. Proses apresiasi menjadi semakin terjalin lekat, manakala kritik memberikan media komunikasi persepsi yang memadai. Kritik dengan gaya bahasa lisan maupun tulisan yang berupaya mengupas, menganalisis serta menciptakan sudut interpretasi karya seni, diharapkan memudahkan bagi seniman dan penikmat untuk berkomunikasi melalui karya seni.

Sumber : Buku Seni Budaya kelas X Kurikulum 2013. Kemdiknas

MATERI AJAR GAMBAR BENTUK

 Oleh : Ridwan (guru Seni Budaya SMKN 7 Jakarta) Menggambar bentuk merupakan  cara menggambar dengan meniru  obyek dengan mengutamakan  kemi...