Senin, 06 April 2015

BERKARYA SENI RUPA 3 DIMENSI

Oleh : Yosi Respati Saptono,SS

Secara umum karya seni rupa tiga dimensi adalah hasil seni rupa yang bisa dilihat dari berbagai arah dan memiliki ukuran antara lain panjang, lebar (tebal), dan tinggi. Karya 3 dimensi terbentuk dari berbagai teknik dan media yang berbeda dengan teknik 2 dimensi.
Berbagai bentuk karya 3 dimensi antara lain adalah semua karya seni bangun, seni patung, seni keramik, seni instalasi (termasuk seni kontemporer) dan lain sebagainya. Untuk membuat karya 3 dimensi maka kita perlu mengenal bahan untuk berkreasi dengan karya 3 dimensi. Untuk bahan-bahan berkreasi karya rupa 3 dimensi setidaknya dapat dikategorikan menjadi 3 bagian yaitu :
A.     Bahan Lunak
Yang termasuk dalam bahan lunak antara lain kertas, karton,gabus dan Styrofoam. Bahan-bahan ini mudah didapatkan di sekitar kita dan membentuknya dapat dengan alat-alat yang sederhana seperti gunting, silet, cutter, pisau. Bahkan karya berbahan kertaspun bisa dibentuk tanpa menggunakan alat, misalnya dengan cara dilipat.

Untuk pemula  maka bahan-bahan lunak ini sangat membantu untuk membuat karya 3 dimensi. Teknik untuk karya berbahan karton ataupun gabus pun bisa dengan menggunakan teknik toreh ataupun teknik potong

B.     Bahan Liat
Yang termasuk dalam bahan liat antara lain tanah liat, gips, plastisin dan lilin. Bahan inipun juga mudah didapatkan di lingkungan kita, hanya saja kualitas pengolahan bahanlah yang membedakan setiap bahan tersebut. Sebagai contoh misalnya tanah liat.

Tanah liat dapat dibagi menjadi beberapa jenis yaitu :
1.       Earthenware, umumnya warna merah,pembakarannya dengan suhu 1000 derajat
2.      Stoneware, umumnya berwarna putih, pembakarannya lebih tinggi
3.      Porselin, memiliki tekstur yang lebih halus dan hasilnya keras

C.     Bahan Keras
Yang termasuk dalam bahan keras antara lain kayu, batu dan logam. Ketiganya merupakan bahan yang sering dugunakan oleh perupa sejak jaman dahulu. Karena sifatnya yang keras dan tahan lama terutama batu dan logam maka pengerjaan karya 3 dimensi berbahan tersebut memerlukan teknik dan peralatan khusus.

Peralatan seperti gergaji,ketam, pahat, kapak, alat pelebur, alat pencetak, bahkan las pun sangat diperlukan dalam pembuatannya. Teknik cetak misalnya setidaknya menggunakan cara a cire perdue ataupun bivalve yang telah dipakai sejak ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu oleh seniman jaman dahulu.

Langkah – Langkah Berekspresi dalam Karya Seni Rupa 3 Dimensi
            Penciptaan karya seni rupa 3 dimensi merupakan kegiatan berkarya rupa 3 dimensi untuk mengungkapkan pikiran, perasaan dan pengalaman hidup sang seniman menjadi perwujudan visual dilandasi kepekaan artistic. Berikut adalah proses berkarya seni rupa 3 dimensi secara bertahap ;
A.     Aspek Konseptual
Yaitu konsep awal dari sebuah penciptaan sebelum dilakukan aktifitas berkarya.
1.       Penemuan Sumber Inspirasi atau penemuan gagasan (ide)
a.      Sumber Internal (dari dalam sang seniman sendiri) seperti harapan, cita-cita, emosi, gairah, kepribadian dan pengalaman-pengalaman.
b.      Sumber Eksternal  seperti hubungan seniman dengan Tuhan, dengan sesama ataupun lingkungannya
2.      Penetapan Interes Seni
a.      Interes Pragmatis, seni untuk mencapai tujuan tertentu seperti tujuan politis, moral, agama dan lain-lain.
b.      Interes Reflektif, seni sebagai pencerminan realitas actual dan khayali
c.       Interes Estetis, melepaskan diri dari nilai pragmatis dan instrumentalis atau bisa disebut juga seni untuk seni
3.      Penetapan Interes Bentuk
Menetapkan bentuk apa yang akan dibuat seperti ;
a.      Bentuk figurative (objek alami)
b.      Bentuk Semi Figurative (distorsi dari bentuk alam)
c.       Bentuk Non Figurative (bentuk tanpa objek)/abstrak
4.      Penetapan Interes Estetis
a.      Prinsip keindahan Pramodern, konsep pelestarian  kaidah estetik tradisional
b.      Prinsip keindahan Modern, konsep mengutamakan gaya personal, penemuan sendiri, kekinian, orisinalitas
c.       Prinsip keindahan Posmodern, konsep seni yang berkaitan dengan symbol, permainan tanda dan makna, ironic, perpaduan yang lama dengan yang baru.

B.     Aspek Visual
1.       Struktur Visual
Yaitu menciptakan dengan tema-tema tertentu seperti tema perjuangan, tema social, tema religious, tema persahabatan dan sebagainya.
2.      Komposisi
Karya mempertimbangkan empat pokok prinsip komposisi seni rupa seperti proporsi, keseimbangan, irama, dan kesatuan
3.      Gaya Pribadi
Merupakan ciri khas pribadi seniman dalam menciptakan karya seni. Contoh karya 2 dimensi Affandi dengan gaya abstrak dan impresionisme, Raden Saleh dengan gaya dramaris aristokrasi,S. Soedjojono dengan gaya menghadirkan suasana heroism dan nasionalisme.

C.     Aspek Operasional
1.       Tahap Persiapan
Mulai dari pemilihan bahan, alat dan bahan pendukung
2.      Tahap Pelaksanaan
Aktivitas berkreasi mulai dari awal hingga penyelesaian
3.      Tahap Akhir
Tahap pembersihan menyeluruh, memberikan kemasan sebelum siap dipamerkan

Membentuk Tiga Dimensi
A.     Membentuk dengan tanah liat
1.       Teknik pijit atau pinch
2.      Teknik Slab
3.      Teknik Pilin atau coil
4.      Teknik Putar
B.     Membentuk dengan bahan keras
1.       Teknik pahat
2.      Teknik ukir
3.      Teknik las

Karya-Karya Seni Tiga Dimensi

1.     Patung : Perahu (Anusapati - 2000)


Title : "Perahu"
Artist : Anusapati
Year : 2000
Bahan : Kayu.
Ukuran : 15 x 80 x 175 cm.
Koleksi Galeri Nasional
Patung “Perahu” (2000) dengan bahan kayu ini, mengabstraksikan bentuk perahu yang ramping dengan keempat cadiknya. Dalam menangkap esensi bentuk, karya ini bisa hadir sebagai laju tubuh prahu yang dinamis, dengan disertai pasakpasak cadik yang memberi kesimbangan ritme gerak. Anusapati memiliki style yang kuat untuk menghadirkan abstraksi benda-benda terpinggirkdari laju kemajuan teknologi. Ia juga piawai dalam mengolah bahan kayu dari jenis apapun, bahkan dari jenis material yang dianggap tidak berharga.
Lewat pilihan material dan pengamatan pada objekobjek, Anusapati menegaskan komitmen untuk mengangkat problem lingkungan alam. Isu tersebut juga merupakan wacana sangat aktual dalam seni kontemporer, hal ini sebagai tanggapan pada problem global kerusakan lingkungan. Makna dasar yang diungkapkan pada karya ini adalah bagaimana seharusnya manusia agar tetap bisa menghargai artefak-artefak tradisinya yang terpinggirkan. Karena dalam benda-benda itu terkandung nilai kearifan lokal dan makna menjaga keseimbangan alam sekitar.

2.     Patung : Born And Freedom (Heri Dono - 2004)

Title : "Born And Freedom"

artist : Heri Dono
Year : 2004
Media Campuran.
Ukuran : 35 x 65 x 90 cm.
Koleksi Galeri Nasional
Karya “Born and Freedom” (2004) merupakan instalasi yang merupakan jajaran lima pasang figur manusia burung di dinding, yang digandengkan dengan rantai pada binatang-binatang di lantai di depannya. Pada manusia burung di dadanya tertanam mesin dan warna tubuhnya memancarkan ekspresi kusam arkhaik. Pada binatang-binatang dengan akspresi yang sama, di kaki belakangnya tepasang roda-roda. Figur-figur hibrid ini lahir sebagai makhluk mitologis yang menggabungkan dunia masa lalu dengan teknologi masa kini, sekaligus menantang kebebasan dunia masa kini. 
Heri Dono dikenal sebagai perupa kontemporer Indonesia yang dalam karya-karyanya banyak menggabungkan idiom-idiom tradisi seperti wayang dan benda-benda arkhaik dengan bentuk-bentuk dan problem masa kini. Pada penggabungan yang  aneh dan muskil pada objekobjeknya, sering muncul berbagai makna yang satiris dan paradoksal.
Berbagai ungkapan tersebut merupakan respon dan sikap kritisnya yang intens pada kondisi dunia yang sakit. Dengan deformasi yang brutal, objek-objek sering mengungkapkan kritik dan parodi terhadap siatuasi masa kini, seperti isu-isu politik dan kebudayaan yang sedang aktual.

3.     Patung : Anungga Rungga ( Lingga Yoni ) (Agoes Jolly - 1992)


Title : "Anungga Rungga ( Lingga Yoni )"
Artist : Agoes Jolly
Year : 1992
Bahan : Besi, Pipa, Bubuk Marmer.
Ukuran : 3,5 x 120 x 2,25 cm.
Koleksi Galeri Nasional
Karya instalasi “Anungga-Rungga (Lingga Yoni)” (1992) ini merupakan suatu rangkaian bentukbentuk yang terdiri dari abstraksi lingga yoni yang tergantung, dan diapit di kanan kiri oleh dua bentuk gunungan. Pada bagian bawah, terdapat suatu konstruksi kerangka besi dalam bentuk ruang persegi yang tegak dari lantai. Dasar lantai tempat berdiri konstruksi, terdiri dari bubuk marmer putih yang diatur dalam bentuk empat persegi empat dan tepinya berupa batu kerikil.
Karya instalasi ini memadukan dua bentuk karakter, yaitu abstraksi yang dibangun dari citra pementasan wayang dan disandingkan dengan konstruksi infrastruktur modern. Karya ini secara simbolik mengungkapkan bersatunya lingga dan yoni dalam suatu pentas kehidupan, dan momen itu disangga atau berada dalam kokohnya konstruksi bangunan modern. Simbol itu mengungkapkan nilai paradoks, yaitu konstradiksi dan kebenaran dalam penyatuan nilai-nilai budaya tradisi dan modern. Penyatuan cinta dalam kehidupan bisa tidak terbatas pada sekat-sekat nilai budaya.

4.     Patung : Belajar Antre Kepada Semut (Krisna Murti - 1996)



Title : "Belajar Antre Kepada Semut"

Artist : Krisna Murti
Year : 1996
Video Instalasi.
Ukuran : 400 x 800 cm.
Koleksi Galari Nasional
Karya instalasi “Belajar Antre Kepada Semut” (1996) ini memberi gambaran secara ironis, bagaimana makhluk-makhluk singa yang perkasa harus belajar pada semut untuk antre. Dalam konfigurasi bentukbentuk singa yang berjajar dengan televisi video di depannya, tersaji suasana yang absurd. Demikian juga karakter yang ditampilkan dari patung-patung singa yang terbuat dari anyaman dengan muka seperti topeng, dan rambutnya yang gimbal terurai, memberi citra yang kuat sebagai sosok-sosok anarkis dari dunia tradisional yang belum maju. Hal itu sangat kontras dengan televisi video yang masing-masing di depan singa, yang memberi kesan modern dan teknologis. Terlebih dalam video itu ditampilkan gambaran semut-semut yang sudah lebih berperadaban, karena mempunyai disiplin antre yang ketat.
Karya instalasi ini membuka wacana tentang perbenturan nilai-nilai tradisi dan modern. Karya ini juga memberi makna simbolis tentang bagaimana penguasa yang keras dan bersikap anarkis harus bisa belajar pada rakyat kecil yang lemah tetapi disiplinnya kuat. Krisna Murti merupakan salah satu perupa kontemporer Indonesia yang sangat dinamis dalam penjelajahan kreativitasnya lewat new media art.






Sumber : 

 

- Buku Seni Budaya untuk SMA/MA/SMK kelas x. Kemdikbud. Jakarta
- www.galerynasional.co.id


                                                                       
                                                                       
 






















Dog

























































Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MATERI AJAR GAMBAR BENTUK

 Oleh : Ridwan (guru Seni Budaya SMKN 7 Jakarta) Menggambar bentuk merupakan  cara menggambar dengan meniru  obyek dengan mengutamakan  kemi...