Minggu, 10 April 2016

SEJARAH BERDIRINYA GALERI NASIONAL


Galeri Nasional Jakarta (Dok.Koleksi Pribadi)
Berdirinya Galeri Nasional Indonesia ( GNI ) merupakan salah satu wujud upaya pembangunan Wisma Seni Nasional / Pusat Pembangunan Kebudayaan Nasional yang telah dirintis sejak tahun 60-an.

Sambil menunggu realisasi Wisma Seni Nasional, Prof. Dr. Fuad Hasan ( waktu menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ) memprakarsai renovasi gedung utama tersebut menjadi Gedung Pameran Seni Rupa Depdikbud, sebagai sarana aktivitas dan apresiasi seni rupa yang diresmikan pada tahun  1987.

Melalui prakarsa Ibu Prof. Edi Sedyawati ( waktu itu sebagai Direktur Jendral Kebudayaan ) diperjuangkan secara intensif pendirian Galeri Nasional Indonesia tahun 1995.  Akhirnya pada tahun 1998 telah di setujui melalui surat persetujuan Menko Pegawasan Pembangunan dan Pendayagunaan Aparatur  Negara No. 34 / MK.WASPAN / 1998.  Selanjutnya ditetapkan melalui Kepmendikbud No.099a/0/1988 dan diresmikan operasionalnya pada tanggal 8 Mei 1999 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Bpk. Yuwono Sudharsono.

Struktur awal organisasi GNI ( Kepmendikbud No. No.099a/0/1988 ) mengalami beberapa kali perubahan , terakhir ketika GNI berada dibawah Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, maka SK GNI dirubah menjadi Kepmendikbud Nomor PM.41/OOT.001/MKP-2006.

Organisasi tata kerja Galeri Nasional Indonesiasaat ini berdasarkan Permendibud Nomor 72 Tahun 2012 merupakan unit pelaksanan teknis dilingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Kebudayaan.

Koleksi Galeri Nasional Indonesia

Salah satu koleksi Galnas (Dok.pribadi)
Galeri Nasional indonesia menyimpan,menghimpun dan memamerkan karya seni rupa seperti lukisan,sketsa ,grafis,patung,keramik,fotografi,seni  kriya dan seni instalasi.saat ini Galeri Nasional indonesia memiliki sekitar 1785 koleksi karya seniman Indonesia dan manca negara,antara lain;Raden Saleh,Hendra  Gunawan,Affandi,S.  Sudjojono,Basoeki  Abdullah,Barli Sasmitawi Nata,Trubus ,Popo Iskandar,Ahmad Sadali,Nashar,Soedarsono,Sunaryo,Amrus Natalsya,Hardi,Heri Dono,Dede Eri Supria,Ivan Sagita,FX. Harsono,Lucia Hartini,Irlantine Karnaya,Hendrawan Kanaryo,Nyoman Gunarsa, Made Wiyanta,Ida Bagus Made, I Ketut Soki, Wassily Kand  insky (Rusia), Hans Hartung (Jerman), Victor Vassarely (Hongaria), Sonia Delauney (Ukraina), Pierre Saulages (Parncis), Zao Wou Ki (China). Selain itu terdapat karya seniman dari sudan , India, Peru, Cuba, Vietnam,Myanmar dan lain-lain.

Aktifitas Galeri Nasional Indonesia

Ruang lingkup kegiatan Galeri Nasional yaitu,melaksanakan pameran (permanen, temporer, keliling), melaksanakan preservasi  (konservasi, restorasi), akuisisi dan dokumentasi , seminar, diskusi, workshop, performance art, pemutaran film / video ( screening) , festival, lomba, dan lain-lain yang berkenan dengan peningkatan pemahaman, keterampilan dan apresiasi seni rupa.  Galeri Nasional Indonesia juga memberikan pelayanan riset koleksi dan pemanduan ( guilding ) untuk pelajar, mahasiswa dan masyarakat umum.

Sejarah Gedung

Gedung yang terletak di Konengsplein Cost no. 4 ini, yang sekarang disebut dengan jalanMedan Merdeka Timur No.14 Jakarta Pusat.  Pada tahun 1817, G.C van Rijk membangun sebuah Indische Woonhuis di atas kavling ini dengan material yang diambil bekas Kasteel Batavia.  Pada tahun 1900 gedung ini merupakan bagian dari Gedung Pendidikan yang didirikan oleh Yayasan Kristen Carpentier  Alting Stitching ( CAS ) yang bernaung di bawah Ordo Van Vrijmetselaren atas prakarsa pendeta Ds. Albertus Samuel Carpentier Alting ( 1837-1935).  Gedung yang berarsitektur kolonial Belanda ini dipergunakan untuk Asrama Khusus bagi wanita, sebagai usaha pendidikan yang pertama di Hindia Belanda.

Pada tahun 1955, pemerintahan Republik Indonesia melarang kegiatan pemerintah dan masyarakat Belanda.  Bangunan dan pengelolaan usaha pendidikan tersebut kemudian dialihkan kepada Yayasan Raden Saleh yang masih penerus CAS dan tetap dibawah gerakan Vijmetselaren Lorge.  Berdasarkan keputusan yang dikeluarkan penguasaan tertinggi No.5 tahun 1962 yang ditanda tangani oleh Presiden Soekarno, gerakan Vijmetselaren Lorge dilarang dan Yayasan Raden Saleh dibubarkan.  Sekolah-sekolah beserta segala peralatannya diambil alih oleh pemerintahan Republik Indonesia dan diserahkan kepada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.








Sumber : http://galeri-nasional.or.id/halaman/715-history

1 komentar:

MATERI AJAR GAMBAR BENTUK

 Oleh : Ridwan (guru Seni Budaya SMKN 7 Jakarta) Menggambar bentuk merupakan  cara menggambar dengan meniru  obyek dengan mengutamakan  kemi...